Ini adalah sebagian cerita krisis saya yang memasuki usia 25 tahun.
Usia 20 tahunan adalah usia dimana seseorang sudah dianggap dewasa. Usia dimana seseorang harus bisa bertanggung jawab atas hal yang telah dilakukannya sendiri. Dan dengan adanya masalah tersebut membuat seseorang kadang disituasi krisis. Ya krisis mengenai berbagai hal misal krisis identisas nanti mau jadi apa dan seperti apa gidup ini. Atau krisis keuangan sebabt tak kunjung juga mendapatkan pekerjaan dan lainnya.
Mengenai krisis tersebut saya juga pernah dan sedang mengalami berbagai hal
Pertama
Krisis keuangan, saya pernah disituasi dimana uang kuliah saya hanya satu juta rupiah dan harus digunakan untuk tiga bulan. karna keadaan orang tua yang tidak memungkinkan lagi memberikan saya uang. Mulai dari situ saya coba memutar otak bagaimana agar satu juta ini cukup untuk tiga bulan kedepan tanpa minta uang lebih lagi. saya coba tuh ngebedah pengeluaran yang bisa ditekan atau bahkan dihilangkan. misal kuota internet saya yang dulu bisa 50 ribu atau bahkan 100 ribu perbulan, harus dirubah ke 20 ribu perbulan, kebetulan padaa saat itu ada paket chat dari provider three 5rb perbulan dan saya mikir bahwa selama masih bisa chatting mah okelah. Selanjutanya adalah uang ongkos, untuk ongkos saya bolak balik itu 8 ribu sehari, saya siasati ini dengan ikut mobil tetangga yang ngetem ga jauh dari kampus saya, tiap pagi setengah delapan dia baru berangkat jadi jika ada jadwal maka saya ikut bersama dia, walau jadwal saya misal pada hari itu masuk jam 10 saya tetap ikut biar lebih hemat ongkos. Dan beberapa hal kecil lainnya yang harus dirubah adalah uang jajan dikampus, nongkrong sama teman jadi jarang, ya segala hal dilakukan agar saya bisa survive saat itu.
Kedua Krisis jatuh cinta
sebenarnya tidak terlalu menarik membahas cinta sebab beberapa wanita yang saya dekati ternyata tidak memilih saya wkwkw, hingga saya sadar bahwa cinta bisa diurus nanti.
Krisi ketiga adalah yang saat ini terjadi, beberapa kali ditolak lamaran pekerjaan dan sulit sekali mencari kerja apalagi ditambah kondisi pandemi saat ini. Hingga saya pikir bahwa saya hanya bisa mengecewakan orang tua saja sebab belum memiliki penghasilan tetap. Tapi walau begitu orang tua selalu support saya.
itulah beberapa krisis yang pernah dan sedang saya hadapi saat ini, dan beberapa diantaranya membuat saya kadang tidak percaya diri dengan diri sendiri, tapi kata beberapa orang bilang bahwa pengalaman bisa membuatmu dewasa semoga saja yaa saya memiliki banyak pengalaman agar saya bisa bagi ini khusunya kepada pewaria saya wkwk.
Sekian.
Sudang mamat
Memandang berbagai hal dari sudut pandang mamat
Tugas kuliah
Catatan dodol mahasiswa banyol
Ngomongin cinta
Mengekspresikan tentang cinta lewat puisi, lirik lagu, dan cerpen
Artikel
Sebuah tulisan mengenai banyak hal, semoga saja bermanfaat
Definisi
Mengenai definisi segala hal
Pusat biaya Penelitian dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian dalam era globalisasi belakangan ini sangat sulit ditebak. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik yang akan mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan baru dan pada akhirnya meningkatkan persaingan antar perusahaan
Oleh karena itu, perusahaan harus mengembangkan produksinya untuk meningkatkan daya saing perusahaan serta meningktakan volume penjualan. Perusahaan harus bisa memproduksi barang dengan mutu dan jenis yang dapat memenuhi selera konsumen serta memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, menerapkan konsep pemasaran untuk menunjang keberhasilan yang dilakukan perusahaan, dan mengubah cara-cara yang biasa dipakai perusahaan dengan cara-cara baru agar perusahaan mengalami kemajuan.
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan akurat sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat memenangkan persaingan terhadap barang yang sejenis, sehingga volume penjualan dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya.
PEMBAHASAN
Pusat Biaya Penelitian dan Pengembangan
Woody (1972), Penelitian adalah suatu metode untuk menemukan sebuah pemikiran kritis. Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan, dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan yang diambil untuk menentukan apakah kesimpulan tersebut cocok dengan hipotesis.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2002, Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.
Penelitian dan Pengembangan atau litbang adalah kegiatan penelitian dan pengembangan yang memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan reset ilmiah murni dan pengembangan aplikatif dibidang teknologi. Litbang memegang peranan penting dan menjadi indikator kemajuan dari suatu negara.
Biaya penelitian dan pengembangan dengan sendirinya bukan merupakan aktiva tak berwujud, akan tetapi menghasilkan pengembangan sesuatu yang harus dipatenkan atau diberi hak cipta seperti produk baru, proses, ide, rumus, komposisi, atau hasil sastra.
Kesulitan dalam akuntansi untuk pengeluaran penelitian dan pengembangan ini adalah:
Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek, atau pencapaian tertentu
Menentukan besarnya manfaat dimasa depan serta lamanya waktu manfaat tersebut dapat direalisasi
Identifikasi Aktivitas Penelitian dan Pengembangan
Biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan dan akuntansi terhadap biaya tersebut adalah sebagai berikut:
Bahan, peralatan dan fasilitas
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif dimasa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan lain atau yang lainnya) kemudian di kapitalisasi dan amortisasikan.
Personil
Gaji, upah dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil yang terlibat harus dibebankan ketika terjadi.
Aktiva tak berwujud yang dibeli
Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif dimasa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan lain atau yang lainnya) kemudian di kapitalisasi dan amortisasikan.
Jasa kontrak
Biaya jasa yang dilakukan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan penelitian dan pengembangan perusahaan harus dibebankan ketika terjadi
Biaya tak langsung
Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus termasuk dalam biaya penelitian dan pengembangan, kecuali untuk biaya administrasi dan umum yang secara jelas harus berhubungan agar dapat dimasukkan dan dicatat sebagai beban.
Sasaran Utama Program Penelitian dan Pengembangan
Ada 4 (Empat) sasaran utama program penilitian dan pengembangan, yaitu:
Meningkatkan kualitas produk yang sudah ada
Mengembangkan produk baru agar dapat bertahan hidup dan berkembang dalam dunia industri modern
Meningkatkan metode produksi
Merencanakan bidang usaha atau bisnis baru bagi perusahaan
Kegiatan Penilitan dan Pengembangan
Menurut W. Thomas Lin W dan Miklos A. Vasarherlyi (1980) dalam Jurnal Accounting and Financial Control For R&D Expenditures sebelum perusahaan melakukan penelitian dan pengembangan, hendaknya harus dilakukan penganggaran terlebih dahulu. Hal-hal yang terkait dengan penganggaran penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:
Kegiatan pengembangan harus berkesinambungan
Mengestimasikan biaya
Mengestimasikan pendapatan
Menganggarkan penilitian yang telah terpilih sebagai kapital atau dikapitalisasi
Contoh kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
Kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru
Pencarian, evaluasi dan seleksi penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lainnya
Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa
Perumusan, desain, evaluasi dan seleksi berbagai alternatif kemungkinan bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa
Contoh kegiatan pengembangan (Standar Akuntansi Keuangan, revisi 2000) adalah sebagai berikut:
Desain, konstruksi, serta pengujian prototipe dan model sebelum produksi
Desain peralatan, cetakan dan pewarnaan yang melibatkan teknologi baru
Desain, konstruksi dan operasi pabrik percontohan yang skalanya tidak ekonomis untuk produksi komersial
Desain, konstruksi dan pengujian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang diperbaiki
Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan
Langkah-langkah penilitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:
Penelitian dan Pengumpulan Data
Tahapan ini meliputi:
Analisis Kebutuhan
Hal ini dilakukan dengan mencari informasi terkait masalah yang dihadapi dalam menentukan lokasi atau wilayah yang akan dijadikan target pengembangan produk agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
Studi Literatur
Cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian, bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.
Riset Skala Kecil
Hal ini dimaksudkan sebagai hasil dari pengidentifikasian yang telah dilakukan terkait produk yang dikembangkan apakah sesuai target sasaran atau tidak.
Perencanaan Penelitian
Perencanaan dalam penelitian dan pengembangan meliputi: merumuskan tujuan penelitian, mengestimasi hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian, merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk partisipasinya dalam penelitian
Pengembangan Desain
Tahapan ini meliputi: membuat desain produk yang akan dikembangkan, menentukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian, menentukan tahap-tahap pengujian desain dilapangan
Uji Coba Lapangan Awal
Tahapan ini berkaitan dengan: melakukan pengujian awal terhadap desain produk, pengujian bersifat terbatas, uji coba lapangan dilakukan berulang kali agar mendapatkan desain yang sesuai dengan kebutuhan. Selama uji coba ini dilakukan pengumpulan informasi melalui observasi wawancara dan pengisian quisioner
Merevisi Hasil Uji Coba
Tahapan ini merupakan perbaikan dari hasil uji coba lapangan awal dengan melakukan pendekatan kualitatif produk
Uji Coba Lapangan
Tahap ini berkaitan dengan uji produk secara lebih luas, meliputi: menguji efektivitas desain produk, uji efektivitas desain menggunakan teknik eksperimen model pengulangan, hasil uji lapangan adalah desain yang efektif baik dari sisi substansi maupun metodologi.
Revisi Hasil Uji Lapangan
Tahapan ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas. Penyempurnaan pada tahapan ini tidak hanya didasarkan pada aspek kualitas melainkan juga kuantitasnya.
Uji Kelayakan
Uji kelayakan ini dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan quisioner yang kemudian hasilnya dianalisis
Revisi Produk Akhir
Tahapan ini akan semakin menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan sehinggan tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan
Diseminasi dan Implementasi Produk
Mempublikasikan hasil dari produk yang dikembangkan agar dapat diimplementasikan secara umum atau dalam lingkup yang lebih luas
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian dan Pengembangan
Kelebihan Penelitian dan Pengembangan:
Mampu menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai validasi tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba dilapangan
Selalu mendorong proses inovasi produk yang tiada henti sehinggan diharapkan akan ditemukan produk sesuai dengan tuntutan kekinian
Penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat praktis
Kekurangan Penelitian dan Pengembangan:
Memerlukan waktu yang relatif panjang, karena prosedur yang dilakukan relatif kompleks
Tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya penelitian dan pengembangan pemodelannya hanya pada sampel bukan pada populasi
Book Value
Apa sih book value?
Book value atau nilai buku sederhananya adalah nilai jual aset (tanah, bangunan, kendaraan dll) yang dimiliki perusahaan ketika perusahaan tersebut dibangkrutkan setelah dikurangi hutangnya utk diserahkan kepada pemegang saham (equity/ kekayaan bersih), atau dengan kata lain book value ini memberikan gambaran kepada kita seberapa besar uang (equity) yg akan kita peroleh apabila saat ini perusahaan dibangkrutkan/ ditutup. Sedangkan, book value per share adalah book value dibagi perlembar saham, dan PBV adalah harga saham dibagi dengan book valuenya
.
Berapa sebaiknya angka book value ini?
Umumnya positif (disesuaikan dan dibandingin dg perusahaan sejenis di industrinya) dan harus meningkat dari tahun ke tahun, sebaiknya 10% (minimal 5 tahun).
Dimana kita bisa mendapatkan angka ini?
Kalo tidak disajikan langsung dilaporan keuangan, bisa dengan menambahkan seluruh aset berwujud dikurangi aset tidak berwujud dan hutang perusahaan pada neraca.
Book value atau nilai buku sederhananya adalah nilai jual aset (tanah, bangunan, kendaraan dll) yang dimiliki perusahaan ketika perusahaan tersebut dibangkrutkan setelah dikurangi hutangnya utk diserahkan kepada pemegang saham (equity/
.
Berapa sebaiknya angka book value ini?
Umumnya positif (disesuaikan dan dibandingin dg perusahaan sejenis di industrinya) dan harus meningkat dari tahun ke tahun, sebaiknya 10% (minimal 5 tahun).
Dimana kita bisa mendapatkan angka ini?
Kalo tidak disajikan langsung dilaporan keuangan, bisa dengan menambahkan seluruh aset berwujud dikurangi aset tidak berwujud dan hutang perusahaan pada neraca.
Transaksi Keuangan Secara Digital
March 29, 2019
No comments
Pada waktu saat
ini teknologi berkembang begitu pesat. Perkembangan teknologi juga mengharuskan
manusia untuk beradaptasi dalam aktifitas sehari-harinya. Banyak suatu hal yang
berubah untuk memudahkan seseorang untuk suatu kegiatan tertentu. Salah satunya
adalah dalam transkasi keuanga secara digital.
Di Indonesia sendiri transaksi
secara digital ini mengalami kenaikan yang signifikan. Dalam kurun waktu tiga
tahun dari 2014 ke 2017, sebanyak 35% penduduk di Indonesia telah melakukan
atau menerima pembayaran.secara digital. Dalam hal ini selama tiga tahun
transaksi yang dilakukan secara digital meningkat sebesar13%. Besarnya
keperluan transaki yang dilakukan terbagi dalam beberapa keperluan.
1. Sebanyak
12% menggunakan rekening digunakan untuk membayar tagihan
2.
4%
menggunakan internet untuk membayar listrik dan tagihan.
3.
11%
menggunakan internet untuk membeli barang secara online.
4.
8%
menggunakan internet atau telepon genggam untuk mengakses rekening.
Data lain yang menunjukkan transaksi keuangan secara digital mengalami
kenaikan yang ceapat adalah pada tahun 2017 saja jumlah transaksi mencapai 250
triliyun rupiah. Begitu cepatnya proses transaksi telah berubah.
Ekuitas
Slide 2
Pengertian ekuitas secara semantik, ekuitas tidak didefinisi secara semantik tetapi secara sintatik. Artinya, ekuitas didefinisi secara mekanik atau prosedural dalam kaitannya dengan elemen-elemen statemen keuangan yang lain. Lebih tegasnya, ekuitas tidak dapat didefinisi secara independen terhadap aset dan kewajiban.
Pengertian ekuitas secara formal yaitu Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan (2002), misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan ekuitas sebagai berikut (pasal 49) :
“Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.”
Slide 3
Ekuitas berbeda dengan kewajiban
Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997) membedakan ekuitas dan kewajiban atas dasar kriteria berikut :
1. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim.
2. Hak penggunaan aset dalam operasi.
3. Substansi ekonomik perjanjian.
Slide 4
Ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan
Modal Setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain.
Laba ditahan merupakan salah satu komponen untuk menunjukkan daya melaba, dan jumlahnya harus dipisahkan dengan modal setoran, walaupun jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Laba ditahan terjadi apabila:
Laba atau rugi
Dividen
Rekapitalisasi
Defisit
Koreksi
Perubahan Akuntansi
Modal Yuridis, timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Penerbitan saham baru
Kapitalisasi laba ditahan yaitu sebuah perusahaan mempunyai ketentuan/ peraturan sendiri, keputusan perusahaan untuk menahan laba itu dikarenakan ada kepentingan lain.
Dividen saham
Konversi obligasi atau hak istimewa konversi
Stock subscriptions (langganan saham)
Modal Setoran Lainnya merupakan modal yang dibentuk selain dari setoran pemegang saham dan laba yang ditahan perusahaan.
Premium modal saham yaitu selisih lebih dari penjualan saham.
Penjualan saham treasuri yaitu saham yang dibeli kembali oleh perusahaan penerbit.
Penyerapan defisit
Deklarasi dividen likuidasi yaitu sebuah perusahaan melakukan investasi terhadap perusahaan sehingga menghasilkan dividen atas investasi.
Rekstruturisasi kapital
Revaluasi aset yaitu penilaian aset kembali.
Slide 5
Tujuan Penyajian Ekuitas. Menyediakan informasi tentang :
Efisien dan kepengurusan manajemen.
Riwayat dan prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Kewajiban yuridis perseroan.
Untuk mencapainya harus tersedia informasi :
Sumber ekuitas.
Pembatasan pembagian dividen dan likuidasi.
Batas perlindungan dan urutan penyerapan rugi.
Slide 6
Pembeda Modal Setoran dan Laba Ditahan
Untuk mencapai tujuan penyajian.
Berbeda kandungan informasinya (Dana dasar vs Daya melaba).
Perubahan aset akibat penggunaan aset (Pendanaan vs Produktif).
Transaksi modal vs operasi
Slide 7
Modal setoran dibedakan menjadi 2 yaitu:
Modal yuridis
Modal setoran lain
Modal yuridis, timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan sejumlah rupiah dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Tujuan penyajian modal yuridis adalah untuk member informasi kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinta.
Modal setoran lainnya, tujuan utama nya adalah untuk membedakan secara tegas perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan transaksi modal. Pembeda ini bertujuan untuk mencegah memperlakukan akibat kenaikan transaksi modal sebagai laba. Sebagai sumber yang dapat mengubah modal setoran yaitu pemesanan saham obligasi terkonversi, saham istimewa, dividen saham, hak beli saham dan saham treasuri. Berbagai sumber perubahanmodal setoran diatas umumnya menyebabkan kenaikan modal setoran, sedangkan transaksi yang dapat mengurangi modal adalah penarikan kembali saham treasuri.
Slide 8
Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
Pemesanan Saham
Pada umumnya investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan terlebih dahulu saham yang dibeli dengan harga yang sesuai.
( Saham yang di pesan x Harga yang telah disepakati )
Yang menjadi masalah adalah apakah jumlah rupiah saham pesanan tersebut telah dapatdiakui sebagai modal setoran??
Jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila memenuhi dua syarat, yaitu tidak dapat dibatalkan, dan pelunasan tidakterlalu lama.
Obligasi Terkonversi
Dalam hal tertentu perusahaan menerbitkan obligasi dengan kharakteristik dapat ditukarkan dengan saham biasa. Kalau hak tukar dari obligasi tersebut digunakan oleh pemegang obligasi akan timbul perubahan status kewajiban menjadi modal setoran.
Masalah teoritisnya adalah pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran sehingga modal saham dan kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan??
Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai basiskapitalisasi, yaitu nilai bawaan obligasi, harga pasar obligasi, dan harga pasarsaham.
Saham Istimewa Terkonversi
Dapat diubah statusnya menjadi saham biasa atas kehendak pemegang saham istimewa.
Masalah yang ada sama dengan masalah yang muncul pada obligasi terkonversi, yaitu Pada saat hak diambil, berapakah jumlah rupiah yang diakui sebagai modal setoran??
Dalam mengatasi permasalahan tersebut terdapatdua alternatif yang dapat digunakan, yaitu Pendekatan satu-transaksi, danpendekatan dua-transaksi.
Dividen Saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham yang mula-mula diterbitkan.
Permasalahan yang muncul akibat pembagian deviden saham adalah bila dikapitalisasi, berapakah jumlah rupiah yang dikapitalisasi menjadi modal setoran?
Untuk mengatasinya, alternative penyelesaian yang digunakan terdiri atas dasar nilai nominal, dan atas dasar nilai pasar saham
Hak Beli Saham, Opsi, Waran.
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya,hak beli saham umurnya tidak lama dan beli harga saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan. Harga pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham sengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Perlukah jumlah rupiah selisih ini dikapitalisasi??
Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat dikapitalisasikarena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan nilai sebesar hargapasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran lain. Argumen dibantahdengan alasan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logiskarena tidak ada sumber ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak adasaham baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang dibahas sesudah opsi saham berikut.
Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual sahamtertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Dalamarti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang membeli hak kepada karyawanperusahaan (termasuk manager atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. pada umumnya hargapengambilan dibawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkankepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi sahamkaryawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkanloyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan mereka pemilik perusahaan danutnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai konvensasi tambahan).
Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call adalah opsi yang memberi hak kepada pemegang opsi untuk membeli saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu. Orang membeli bila mengharapkan harga saham menaik. Sedangkan opsi put adalah opsi yangmemberi hak kepada pemegang opsi untuk menjual saham dengan harga tertentu selama perioda tertentu. Orang membeli opsi bila mengharapkan harga saham menurun.
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepadapemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangkawaktu tertentu (pasal 30). Terdapat beberapa karakteristik dari warran, yaitu :
(1) berbedadengan hak beli saham atau opsi
(2) terdapat beberapa jenis: lepas, lekat, dan bebas
(3) perlakuan akuntansi berbeda untuk tiap jenis.
Perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek, yaitu:
Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai waranlepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masingkomponen pada saat penerbitannya. jumlah rupiah yang melekat pada sekuritasdilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal15).
Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasike modal saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran tidak diambil sampaimasa opsi berakhir, jumlah rupiah tecatat waran tetap diperlakukan sebagaimodal setoran lain (pasal 16).
Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang disertaiwaran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengankarakteristiknya (pasal 17).
Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlahrupiah hasil penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma,tidak diperlukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain(pasal 18-19).
Saham Treasuri
Saham treasuri adalah penarikan kembali saham yang beredar untuk sementara dan kemudian diterbitkan kembali.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah (1)penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan
(2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila sahamtreasuri dijual kembali. Mengenai hal tersebut, terdapat dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi.
Slide 9
Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu periode berubah selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus, yaitu :
Penyesuaian perioda-lalu
Penyesuaian ini sering disebut dengan penyesuaian susulan. Merupakan perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi perioda masa lalu bukan sebagai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang tetapi sebagai penyesuaian terhadap laba ditahan awal periode sekarang. Biasanya berkaitan dengan masalah ketidakpastian masa lalu.
Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera dapat diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu atau bahkan beberapa periode setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan. Untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari :
kesalahan hitung
kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi
kekeliruan menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan.
Perlakuan :
Koreksi sebagai penyesuaian laba ditahan: menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pernah dilaporkan harus dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk semua kasus kecuali untuk koreksi-koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar (material).
Koreksi sebagai penyesuaian modal setoran lain: Paton dan Littleton menegaskan bahwa koreksi yang bekaitan dengan penggunaan asset dalam perioda-perioda yang lalu dengan alas an apapun hendaknya dipisahkan dengan premium modal saham.
Koreksi sebagai komponen statemen laba-rugi: statemen laba-rugi harus menyatakan laba seperti adanya termasuk rugi atau untung akibat koreksi.
Pengaruh perubahan akuntansi
Karena alasan tertentu suatu perusahan mungkin melakukan kebijakan yang mempunyai pengeruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan yang disebut dengan perubahan akuntansi. Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu:
Perubahan prinsip atau metoda akuntansi (change in accounting principle or method).
Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate).
Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity).
Masalah perekayasaan yang bersangkutan dengan hal ini adalah untuk perioda manasaja pengaruh komulatif perubahan harus diakui. Ada tiga alternative yaitu:
a. Penyesuaian retroaktif
b. Penyesuaian sekarang
c. Penyesuaian sekarang dan prospektif
4. Kuasi-reorganisasi
PSAK No. 51 psal 9 mendeskripsikan pengertian kuasi-reorganisasi sebagai berikut: Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hokum yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit.
Selanjutnya ditegaskan bahwa kuasi-rorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk meretrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan kewajibannya, tanpa melalui reorganisasi secara hokum. Proses kuasi reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut:
Asset dan kewajiban perusahan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai wajar pada saat reorganisasi.
Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar untuk menutup defisit.
Saldo debit laba ditahan (defisit) dieliminasikan dengan cara mendebit agio/ premium modal saham.
Syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan kuasi-reorganisasi yaitu (PSAK No. 51, pasal 11).
Perusahaan mengalami deficit dalam jumlah yang material.
Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kusi-reeorganisasi dilakukan.
Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan.
Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif
Slide 10
Perincian Atas Dasar Sumber
Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua sumber laba ditahan tersebut dipertajam. Namun, sebenarnya tidak cukup beralasan untuk memecah kembali jumlah rupiah bersih laba periodic atas dasar klasifikasi sumber bilamana statment laba-rugi telah memuat semua faktor yang menentukan laba bersih (pendekatan laba komprehensif) dan laba komprehensif ini telah ditransfer ke laba ditahan menjadi bagian dari ekuitas pemegang saham. Jadi, bila perubahan akibat transaksi operasi dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal, statment laba-rugi telah merefleksi sumber laba ditahan sehingga perincian laba ditahan akan percuma (Suwardjono, 2010:555-556).
Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas (restricted retained earnings), dan cadangan umum. Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu (asset imputation). Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat. Klasfikasi ini mendasarkan pada tujuan penggunaan laba ditahan sebagaimana ditunjukkan oleh komponen aset yang terkait (Suwardjono, 2010:556).
Dalam hal tertentu mungkin ada petunjuk untuk mengatakan bahwa laba ditahan terikat dalam aset lancar. Misalnya saja, dalam satu periode telah terjadi kenaikan modal kerja neto dan tidak terjadi transaksi lain kecuali transaksi operasi yang menimbulkan laba dalam periode tersebut. Dalam hal ini, terdapat cukup alasan untuk mengatakan bahwa laba ditahan pada saat itu tertanam dalam tambahan modal kerja. Dalam kasus lain mungkin dapat dibuktikan bahwa jumlah rupiah laba ditahan terikat dalam kas atau pos aset lancar lain. Sejalan dengan pikiran tersebut, kalau terjadi tambahan fasilitas fisis tanpa diimbangi dengan terjadinya pinjaman baru, modal baru, atau berkurangnya modal kerja, terdapat pula cukup alasan untuk menyatakan bahwa laba ditahan telah tertanam dalam aset tetap (Suwardjono, 2010:556).
Perincian semacam itu sebenarnya tidak perlu dan tidak mempunyai manfaat informasional karena statment aliran kas telah mengandung informasi tersebut. Jadi, penyertaan statment laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada perincian resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya “cadangan ekspansi” (Suwardjono, 2010:556).
Ada kalanya, dalam rangka kebijakan dividen, perusahaan yang mempunyai rencana membagi dividen menyisihkan laba ditahan menjadi “cadangan pembagian dividen” sebelum mengumumkan dividen. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut harus dibayar dengan kas. Penyisihan tersebut sebenarnya tidak menjamin bahwa kas tersedia untuk keperluan tersebut.
Slide 11
Dasar pemikiran yang di anut oleh FASB dalam rerangka konseptualnya :
Pembedaan yang tegas antara transaksi operasi dan transaksi ekuitas.
Pemanfaatan aset versus aset kapital (pembedaan antara transaksi operasi dan investasi).
Adanya pos-pos luar biasa dan penerobos (by-passing items).
Implikasi terhadap komponen statemen laba-rugi (menganut semua-termasuk penuh).
Alasan mengapa bahasa internasional bahasa inggris
Bahasa adalah
sarana yang penting untuk seseorang dalam mengkomunikasikan suatu hal. Memang
ada beberapa cara selain bahasa, misalnya saja gerak anggota tubuh. Namun hal
demikian memang tidak semudah seperti menggunakan suatu bahasa.
Banyak sekali bahasa di dunia ini,
tidak jadi suatu masalah jika berkomunikasi dengan orang yang berasal dari
negara yang sama. Namun akan jadi masalah jika berbicara dengan orang dari luar
negri atau saat berpergian keluar negri. Karena hal ini pulalah diperlukan
suatu bahasa yang menjadi bahasa internasional, agar orang-orang dari berbagai
dunia dapat saling mengerti saat berkomunikasi. Dipilihlah bahasa inggris yang
menjadi bahasa internasional.
Pernahkah terbesit dipikiran kalian
mengapa bahasa inggris dipilih menjadi bahasa internasional? Mengapa bukan
bahasa yang lain saja. Bahasa Indonesia misalnya.
Bahasa inggris sendiri adalah bahasa
yang tertua, muncul sejak abad kedelapan masehi. Karena muncul sejak lama
banyak orang menggunakan bahasa inggris untuk berkomunikasi.
Selain menjadi bahasa tertua, alasan
mengapa bahasa inggris menjadi bahasa internasional karena Inggris menjadi
negara penjajah terbesar pada saat itu. Banyak sekali negara yang menjadi
daerah jajahan Inggris, negara malaysia yang berada di Asia Tenggara bahkan
wilayah yang saat ini disebut Amerika Serikat termasuk kedalam daerah jajahan
Inggris.
Kedua hal diatas menjadi alasan
penting mengapa bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional. Dengan keragaman
dan kemajemukan orang dari berbagai penjuru dunia, memang dibutuhkanlah bahasa
tertentu untuk lancarnya suatu komunikasi. Jadi buat kalian jangan malas untuk
belajar bahasa inggris.
LAPORAN AUDIT
2.1.
LAPORAN AUDIT STANDAR TANPA PENGECUALIAN
Agar
para pemakai laporan dapat memahami laporan audit, standar professional AICPA
telah menyediakan kata-kata baku untuk laporan audit, seperti yang
diilustrasikan dalam laporan audit standar tanpa pengecualian pada Gambar 1.
Masing-masing auditor dapat mengubah sedikit kata-kata atau penyajian, tetapi
artinya harus sama.
A. Bagian dari
Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian
Laporan audit standar tanpa pengecualian berisi tujuh bagian yang berbeda, dan ini ditunjukkan
dengan huruf tebal di sebelah Gambar 1.
1.
Judul laporan. Standar
auditing mensyaratkan bahwa laporan harus diberi judul yang mengandung kata
independen. Sebagai contoh, judul yang tepat mencakup “laporan auditor
independen,” atau “pendapat akuntan independen”. Kewajiban mencantumkan kata
independen dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai laporan bahwa audit
tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara tidak memihak.
2.
Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para
pemegang saham, atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini,
telah menjadi suatu kebiasaan mengalamatkan laporan ini kepada dewan direksi
dan para pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor independen terhadap
perusahaan.
3.
Peragraf pendahuluan. Paragraph utama laporan menunjukkan tiga hal.
Pertama, laporan itu membuat suatu pernyataan yang sederhana bahwa kantor
akuntan publik bersangkutan telah melaksanakan audit. Pernyataan ini dibuat
untuk membedakan laporan audit dari laporan kompilasi atau laporan review.
Paragraf ruang lingkup (lihat bagian ke-4) akan menjelaskan maksud dari kata
audit.
Kedua, paragraf
ini menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk tanggal neraca
serta periode akuntansi untuk laporan laba rugi dan laporan arus kas. Kata-kata
tentang laporan keuangan dalam laporan audit harus identik dengan yang
digunakan oleh manajemen pada laporan keuangan tersebut. Perhatikan bahwa
laporan dalam Gambar 1 merupakan laporan keuangan komparatif.
GAMBAR 1
|
Laporan
Standar Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Komparatif
|
|||
ANDERSON and ZINDER, P.C.
Akuntan Publik Bersertifikat
Suite 100
Park Plaza East
Denver, Colorado 80110
303/359-080
Laporan Auditor Independen
Kepada Para Pemegang Saham
General Ring Corporation
Kami telah mengaudit neraca General Ring Corporation
per 31 Desember 2007 dan 2006, serta laporan laba-rugi, laporan laba ditahan,
dan laporan arus kas terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut. Laporan keuangan itu adalah tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami adalah menyatakan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing
yang berlaku umum. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Suatu audit meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas
prinsip akuntansi yang digunakan dari estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Kami percaya bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat.
Kantor Akuntan Publik, ANDERSON AND ZINDER, P.C,
CPAs
15 Februari 2008
|
Oleh karena itu, diperlukan laporan audit atas laporan
keuangan untuk kedua tahun tersebut.
Ketiga, paragraf pendahuluan
menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan bahwa
tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat atas laporan keuangan itu
berdasarkan audit. Tujuan dari pernyataan-pernyataan ini adalah untuk
mengomunikasikan bahwa manajemen bertanggung jawab atas pemilihan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang tepat, dan membuat pengukuran serta
pengungkapan dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut dan untuk
mengklasifikasikan peran manajemen serta auditor.
4.
Paragraf ruang lingkup. Paragraf ruang lingkup merupakan pernyataan faktual
tentang apa yang dilakukan auditor dalam proses audit. Pertama paragraf ini
menyatakan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang
berlaku umum. Untuk audit atas perusahaan publik, Company Accounting Oversight
Board. Karena laporan keuangan yang diarsipkan menurut prinsip akuntansi A.S.
dan diaudit sesuai dengan atandar audit A.S tersedia di seluruh dunia melalui
internet, maka Negara asal prinsip akuntansi yang digunakan dalam mempersiapkan
laporan keuangan dan standar audit yang diikuti oleh auditor harus
diidentifikasi dalam laporan audit.
Paragraf ruang lingkup
menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material (material misstatement). Pencantuman
kata material menunjukkan bahwa auditor hanya bertanggung jawab mencari salah
saji yang signifikan, bukan salah saji kecil yang tidak mempengaruhi keputusan
para pemakai laporan keuangan. Istilah keyakinan
yang memadai (reasonable assurance) digunakan untuk menunjukkan bahwa audit
tidak dapat diharapkan menghapus seluruh kemungkinan adanya salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Dengan kata lain audit memang memberikan
tingkat kepastian yang tinggi, tetapi bukan suatu jaminan.
Paragraf ruang lingkup juga
membahas bukti audit yang dikumpulkan dan menyatakan bahwa auditor yakin bahwa
bukti audit yang dikumpulkan itu sudah memadai guna pernyataan pendapat. Kata dasar pengujian (test basis) menunjukkan
bahwa yang digunakan adalah sampling audit dan bukan pelaksanaan audit atas
setiap transaksi dan jumlah yang tersaji dalam laporan keuangan. Sementara
paragraf pendahuluan dalam laporan audit menyatakana bahwa manajemen
bertanggung jawab atas penyiapan serta isi laporan keuangan, paragraf ruang
lingkup menyatakan bahwa auditor mengevaluasi ketepatan penggunaan prinsip
akuntansi, estimasi, serta pengungkapan dan penyajian laporan keuangan
tersebut.
5.
Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit standar menyatakan kesimpulan auditor
berdasarkan hasil audit. Bagian laporan ini begitu penting, sehingga sering
kali laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf pendapat dinyatakan sebagai suatu
pendapat saja bukan sebagai pernyataan yang mutlak atau sebagai jaminan.
Maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan
pertimbangan professional. Frasa menurut
pendapat kami menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa risiko informasi yang
berkaitan dengan laporan keuangan tersebut meskipun telah diaudit.
Paragraf pendapat berkaitan
langsung dengan standar auditing yang berlaku umum pertama dan keempat
sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya. Auditor diwajibkan untuk
menyatakan pendapat tentang laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk
kesimpulan menyangkut apakah perusahaan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
Salah satu bagian dalam
laporan auditor yang controversial adalah arti istilah menyajikan secara wajar (present fairly). Apakah ini berarti jika
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah dipatuhi, maka laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, atau lebih dari itu? Terkadang
pengendalian menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab mencari lebih dari
sekedar kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk
menentukan apakah pemakai laporan tidak disesatkan, sekalipun prinsip-prinsip
tersebut telah dipatuhi. Sebagian besar auditor percaya bahwa laporan keuangan
telah “disajikan secara wajar” apabila disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum, tetapi auditor juga harus menguji substansi
transaksi serta saldo akun terhadap kemungkinan adanya informasi yang salah.
6.
Nama KAP. Nama
mengidentifikasi kantor akuntan publik (KAP) atau praktisi yang melaksanakan audit.
Biasanya yang dituliskan adalah naman kantor akuntan publik, karena seluruh
bagian dari kantor akuntan publik mempunyai tanggung jawab hukum dan
professional untuk memastikan bahwa kualitas audit memenuhi standar
professional.
7.
Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan
audit adalah ketika auditor menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan.
Tanggal ini merupakan hal yang penting bagi para pemakai laporan karena
menunjukkan hari terakhir dari tanggung jawab auditor untuk mereview atas
peristiwa-peristiwa penting terjadi setelah tanggal laporan keuangan. Dalam
laporan audit yang disajikan pada Gambar 1 tanggal neraca adalah 31 Desember
2007, dan tanggal laporan audit adalah 15 Februari 2008.
B. Kondisi-Kondisi
Bagi Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian
Laporan audit standar tanpa
pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi :
1.
Semua laporan
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan
laporan arus kas sudah
termasuk dalam laporan keuangan.
2.
Ketiga standar
umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan.
3.
Bukti audit yang
cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan penugasan audit
ini dengan cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar
pekerjaan lapangan telah dipenuhi.
4.
Laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal
itu juga berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam catatan
kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
5.
Tidak terdapat
situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
Apabila kondisi-kondisi ini
terpenuhi, maka laporan audit standar tanpa pengecualian, sebagaimana yang
diperlihatkan dalam Gambar 1, dapat diterbitkan. Laporan audit standar tanpa
pengecualian kadang-kadang disebut sebagai pendapat yang bersih (clean opinion) karena tidak ada keadaan
yang memerlukan
GAMBAR 2
|
Empat Kategori Laporan Audit
|
||||
Auditor
menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan dengan wajar,
tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau prinsip akuntansi
yang berlaku umum tidak diikuti pada saat menyiapkan laporan keuangan.
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar (pendapat tidak wajar), sehingga ia dapat memberikan
pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar
(menolak memberikan pendapat), atau auditor tidak independen (menolak
memberikan pendapat).
|
pengecualian (kualifikasi) atau modifikasi atas pendapat
auditor. Laporan audit standar tanpa pengecualian adalah pendapat audit yang
paling umum. Terkadang situasi yang berada di luar kendalli klien atau auditor
menghalangi diterbitkannya suatu pendapat yang bersih. Akan tetapi, dalam
sebagian besar kasus, perusahaan akan melakukan beberapa perubahan yang tepat
pada catatan akuntansinya guna menghindari pengecualian atau modifikasi oleh
auditor.
Jika salah satu dari lima persyaratan laporan audit
standar tanpa pengecualian tidak dapat dipenuhi, maka laporan audit tersebut tidak
dapat diterbitkan. Gambar 2 menunjukkan kategori laporan audit yang dapat
diterbitkan oleh auditor. Penyimpangan dari laporan audit standar tanpa
pengecualian dianggap semakin berat bila bergerak menuruni gambar tersebut.
Para pemakai laporan keuangan umumnya akan lebih memperhatikan pernyataan
menolak memberikan pendapat (disclaimer) atau
pendapat tidak wajar (adverse) ketimbang
laporan audit standar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Ketiga
kategori laporan audit lainnya ini akan dibahas dalam bagian-bagian berikut.
2.2. LAPORAN
AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF PENJELASAN ATAU MODIFIKASI
KATA-KATA
Bagian selanjutnya dari bab ini membahas laporan,
selain laporan wajar tanpa pengecualian standar, tentang audit atas laporan
keuangan. Pada situasi tertentu, diterbitkan laporan audit wajar dan
pengecualian atas laporan keuangan, tetapi dengan kata-kata yang berlainan dari
laporan wajar tanpa pengecualian. Laporan
audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi
perkataan sesuai dengan kriteria audit yang lengkap dengan hasil yang
memuaskan dan laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tetapi auditor
merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi tambahan. Dalam laporan
audit dengan pengecualian (qualified),
tidak wajar (adverse), atau menolak
memberikan pendapat (disclaimer),
auditor tidak melaksanakan audit yang memuaskan, tidak yakin bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar, atau tidak independen.
Berikut ini adalah penyebab paling
penting dari penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata pada
laporan wajar tanpa pengecualian standar :
- Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
- Keraguan yang substansial mengenai going concern
- Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
- Penekanan pada suatu hal atau masalah
- Laporan yang melibatkan auditor lain.
Keempat
laporan yang pertama memerlukan suatu paragraf penjelasan. Pada setiap kasus,
tiga paragraf laporan standar tetap disertakan tanpa modifikasi, dan paragraf
penjelasan yang terpisah akan diikuti dengan paragraf pendapat.
Hanya
laporan yang pembuatannya melibatkan auditor lain yang memerlukan modifikasi
kata-kata. Laporan ini memuat tiga paragraf, dan ketiga paragraf tersebut telah
dimodifikasi.
A. Tidak Adanya
Aplikasi Yang Konsisten Dari GAAP
Standar pelaporan kedua
mensyaratkan auditor untuk memperhatikan situasi di mana prinsip-prinsip
akuntansi tidak diterapkan secara konsisten pada tahun berjalan dalam kaitannya
dengan periode sebelumnya. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) mengharuskan
bahwa perubahan prinsip akuntansi atau metode aplikasinya ke prinsip yang yang
diinginkan serta sifat dan dampak perubahannya harus diungkapkan secara layak.
Apabila terjadi perubahan yang material, auditor harus memodifikasi laporannya
dengan menambahkan paragraf penjelasan setelah paragraf pendapat, yang membahas
sifat perubahan tersebut serta mengarahkan para pembaca ke catatan kaki yang
membahas perubahan itu. Materialitas perubahan dievaluasi berdasarkan pengaruh
perubahan prinsip akuntansi tersebut pada tahun berjalan. Suatu paragraf
penjelasan diperlukan baik untuk perubahan suka rela maupun perubahan yang
diisyaratkan akibat adanya suatu pernyataan akuntasi yang baru. Gambar 4
menyajikan paragraf penjelasan semacam itu.
Paragraf penjelasan pada
Gambar 3
menyiratkan bahwa auditor sepakat dengan kelayakan perubahan prinsip akuntansi
tersebut. Jika auditor tidak sepakat, perubahan tersebut akan dianggap sebagai
pelanggaran terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan auditor
harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian.
GAMBAR 3
|
Paragraf Penjelasan karena Perubahan Prinsip
Akuntansi
|
|
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
(Paragraf pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat sama dengan laporan
standar)
|
Konsistensi
vs Komparabilitas Auditor harus
mampu membedakan antara perubahan yang mempengaruhi konsistensi pelaporan
dengan perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak
mempengaruhi konsistensi. Berikut ini adalah contoh-contoh perubahan yang
mempengaruhi konsistensi dan karenanya, memerlukan paragraf penjelasan jika
perubahan tersebut material:
1.
Perubahan
prinsip akutansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO
menjadi LIFO.
2.
Perubahan
entitas pelaporan, seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan keuangan
gabungan.
3.
Koreksi
kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akutansi, yaitu dengan mengubah
prinsip akutansi yang tidak berlaku umum menjadi prinsip akutansi yang berlaku
umum, termasuk koreksi kesalahan yang diakibatkannya.
Perubahan yang mempengaruhi
komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi sehingga tidak perlu
dimasukkan dalam laporan audit adalah sebagai beikut:
1.
Perubahan
estimasi, seperti penurunan umur manfaat aktiva untuk tujuan penyusutan.
2.
Koreksi
kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akutansi, seperti kesalahan matematis
dalam tahun sebelumnya.
3.
Variasi format
dan penyajian informasi keuangan.
4.
Perubahan yang
terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti usaha
dalam riset dan pengembangan yang baru atau penjulan anak perusahaan.
Pos-pos secara material
mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan umumnya memerlukan suatu
pengungkapan dalam catatan kaki. Laporan audit wajar dengan pengecualian
menyangkut pengungkapan yang tidak memadai mungkin diperlukan bila klien
menolak mengungkapkan secara layak pos tersebut.
B. Keraguan Yang
Besar Tentang Going Concern
Sekalipun tujuan audit bukan
untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor memiliki tanggung
jawab menurut SAS 59 (AU 341) untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai
kemungkinan untuk tetap bertahan (going
concern). Sebagai contoh, keberadaan satu atau lebih faktor-faktor berikut
dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus
bertahan:
1.
Kerugian operasi
atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
2.
Ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
3.
Kehilangan
pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asuransi seperti gempa
bumi atau banjir, atau masalah ketenagakejaan yang tidak biasa.
4.
Pengadilan,
perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
Pertimbangan auditor dalam
situasi semacam itu adalah kemungkinan bahwa klien mungkin tidak
dapat meneruskan operasinya atau memenuhi kewajibannya selama periode yang wajar. Untuk tujuan ini, periode yang wajar dianggap
tidak melebihi satu tahun sejak tanggal laporan keuangan diaudit.
Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat
keraguan yang besar tentang kemampuan perusahaan untuk
terus going concern, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelasan harus diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan. Gambar 4 menampilkan suatu contoh dimana terdapat
keraguan yang besar tentang going concern.
GAMBAR 4
|
Paragraf
Penjelasan Karena Adanya Keraguan Yang Besar Tentang Going Concern
|
|
LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN
(Paragraf pendahuluan, paragraf ruang lingkup, dan paragraf pendapat sama dengan laporan audit standar)
|
SAS 59 memperkenankan tetapi tidak mewajibkan untuk menolak memberikan pendapat apabila ada keraguan yang besar tentang going concern. Kriteria untuk menerbitkan penolakan
memberikan pendapat ketimbang menambahkan suatu paragraf penjelasan
tidak dinyatakan dalam standar, dan dalam praktik jenis pendapat ini jarang diberikan. Suatu contoh di mana penolakan memberikan pendapat mungkin diterbitkan
adalah ketika suatu lembaga pengatur, seperti
Environmental Protection Agency, sedang mempertimbangkan
sanksi yang berat kepada perusahaan dan, jika
hal tersebut memberikan hasil yang tidak menguntungkan, perusahaan terpaksa
akan dilikuidasi.
C. Auditor Menyetujui Penyimpangan Dari Prinsip
Akuntansi Yang Berlaku Umum
Peraturan 203 dari Kade Perilaku profesional AICPA menyatakan bahwa dalam situasi yang tidak biasa, penyimpangan dari prinsip akuntansirang berlaku umum mungkin tidak memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak
wajar. Akan tetapi, untuk menjustifikasi pendapat wajar tanpa pengecualian,
auditor harus yakin dan harus menyatakan serta menjelaskan, dalam satu atau beberapa paragraf terpisah pada laporan audit, bahwa dengan menaati prinsip akuntansi dapat menimbulkan
hasil yang menyesatkan pada situasi tersebut.
D. Penekanan Pada Suatu Masalah
Dalam situasi tertentu,
akuntan publik mungkin ingin menekankan beberapa masalah tertentu berkaitan
dengan laporan keuangan, walaupun ia bermaksud suatu mengekspresikan suatu
pendapat wajar tanpa pengecualian. Biasanya, informasi penjelas harus
dicantumkan dalam suatu paragraf terpisah pada laporan audit.
Contoh informasi penjelas di
mana auditor dapat melaporkan penekanan pada suatu masalah adalah
sebagai berikut:
1.
Ada transaksi dengan pihak
terkait yang bernilai besar
2.
Peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca
3.
Uraian tentang masalah
akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan tahun berjalan
dengan tahun sebelumnya
4.
Ketidakpastian material
yang diungkapkan dalam catatan kaki
E. Laporan Yang Melibatkan Auditor Lain
Apabila akuntan publik
mengandalkan kantor akuntan publik Lain untuk melaksanakan sebagian
proses audit, yang biasa teriadi bila klien memiliki sejumlah cabang atau subdivisi yang tersebar letaknya, maka
kantor akuntan publik utama memiliki tiga
alternatif. Hanya alternatif kedua yang memberikan laporan audit wajar tanpa
pengecualian dengan modifikasi kata-kata.
1. Tidak Memberikan Referensi dalam Laporan Audit Apabila tidak ada referensi yang diberikan kepada auditor lainnya,maka pendapat wajar tanpa pengecualian standar akan diberikan kecuali ada situasi lain yang mengharuskan adanya penyimpangan.
Pendekatan ini biasanya diikuti pada saat auditor
lain mengaudit bagian yang tidak material dari laporan
keuangan. Auditor lain tersebut sangat dikenal atau diawasi secara ketat oleh auditor utama, atau auditor utama telah melakukan review yang mendalam atas pekerjaan auditor lain tersebut.
Namun auditor lain itu tetap bertanggung jawab atas laporan dan auditnya
sendiri jika terjadi tuntutan hukum atau tindakan dari SEC.
2. Memberikan Referensi dalam Laporan (Laporan dengan Modifikasi Kata-kata) Jenis laporan ini disebut juga sebagai
laporan atau pendapat bersama. Laporan bersama yang wajar tanpa
pengecualian adalah laporan yang tepat untuk diterbitkan apabila tidak praktis untuk mereview pekerjaan auditor lain, atau apabila
proporsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
lain material terhadap keseluruhan laporan. Suatu contoh laporan bersama wajar tanpa pengecualian disajikan pada
Gambar 5. Perhatikan bahwa laporan tersebut tidak
menambahkan paragraf terpisah yang membahas pembagian tanggung jawab, tetapi membahasnya dalam paragraf pendahuluan dan mengacu pada auditor lain dalam paragraf ruang lingkup serta Paragraf pendapat. Bagian
laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain dapat dinyatakan sebagai persentase atau jumlah absolut.
3. Mengeluarkan Pendapat wajar dengan Pengecualian Pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak
memberikan pendapat, bergantung pada materialitas, diperlukan jika
auditor utama tidak ingin memikul tanggung jawab apa pun atas pekerjaan
auditor lain. Auditor utama dapat juga memutuskan bahwa diperlukan kualifikasi bagi keseluruhan laporan jika auditor lain memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian
atas sebagian laporan keuangan yang telah diauditnya. Pendapat wajar dengan pengecualian dan menolak memberikan pendapat akan dibahas dalam bagian
selanjutnya.
GAMBAR 5
|
Laporan Bersama Wajar
Tanpa Pengecualian
|
||
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
Kepada Para Pemegang
Saham dan Dewan Direksi
Washington Felp
Midland, Texas
Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan audit
lain, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut di atas menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Washington Felp per 31 juli 2007, serta hasil operasi dan
arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Amerika Serikat.
16 September 2007
Farn, Ross, &
Co.
Certified Public
Accountants
Dallas, Texas
|
2.3. PENYIMPANGAN DARI LAPORAN
AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN
Sangatlah penting
bagi para auditor dan pembaca
laporan audit untuk memahami situasi
dimana laporan audit wajar tanpa pengecualian dianggap tidak tepat serta jenis laporan audit yang harus
diterbitkan dalam setiap situasi. Dalam studi tentang laporan audit yang menyimpang dari laporan wajar tanpa
pengecualian, terdapat tiga topik yang berkaitan erat satu sama lain: kondisi
yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, jenis
pendapat selain wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.
Pertama, ketiga
kondisi yang memerlukan penyimpangan diikhtisarkan secara singkat.
Masing-masing kondisi tersebut selanjutnya dibahas secara lebih mendalam dalam
bab ini.
1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi
(Pembatasan Ruang Lingkup) Apabila auditor tidak dapat mengumpulkan
bukti audit yang mencukupi untuk menyimpulkan apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK, maka terjadi
pembatasan atas ruang lingkup audit. Ada dua penyebab utama pembatasan ruang
lingkup audit; pembatasan oleh klien dan pembatasan yang disebabkan oleh
situasi yang berada diluar kendali klien atau auditor. Suatu contoh pembatasan oleh klien adalah penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor mengonfirmasikan piutang yang material atau pengujian fisik persediaan. Suatu contoh pembatasan yang disebabkan oleh situasi yang berada diluar
kendali klien atau auditor. Suatu contoh pembatasan yang disebabkan oleh
situasi yang berada diluar kendali adalah apabila penugasan audit belum
disepakati hingga setelah akhir periode keuangan klien. Barangkali kita tidak
mungkin untuk mengamati persediaan secara fisik, menginformasikan piutang, atau
melaksanakan propsedur penting lainnya setelah tanggal neraca.
2. Laporan Keuangan Tidak sesuai Dengon Prinsip-prinsip Akuntansi yang berlaku umum (Penyimpangan GAAP) Sebagai contoh, jika klien bersikeras mennggunakan biaya
pengganti (replacement cost) untuk aktiva tetapnya atau menilai persediaannya pada harga jual ketimbang biaya historis, maka diperlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian. Apabila prinsip
akuntansi yang berlaku umum diterapkan dalam konteks ini, maka pertimbangan auditor atas memadainya seluruh pengungkapan informatif, termasuk catatan kaki, secara khusus sangat penting.
3. Auditor Tidak independen Independensi umumnya ditentukan oleh Peraturan 101 dari aturan Kode Perilaku
Profesional.
Apabila salah satu dari
ketiga kondisi di atas memerlukan penyimpangan dari laporan wajar
tanpa pengecualian yang ada dan bernilai material, maka laporan selain laporan wajar tanpa pengecualian harus diterbitkan. Tiga jenis utama laporan audit
yang diterbitkan sesuai dengan ketiga kondisi tersebut adalah pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat
tidak wajar (adverse opinion), serta menolak memberikan
pendapat (disclaimer of opinion).
A. Pendapat Wajar dengan Pengecualian
Laporan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dapat diterbitkan akibat pembatasan ruang lingkup
audit atau kelalaian untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan pendapat wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan hanya apabila
auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan
secara wajar. Laporan pendapat tidak wajar atau tidak menolak memberikan pendapat harus diterbitkan jika auditor merasa
yakin bahwa kondisi yang dilaporkan tersebut
bersifat sangat material. Oleh karena itu,
pendapat wajar dengan pengecualian dianggap sebagai penyimpangan yang paling
ringan dari laporan wajar tanpa pengecualian.
Laporan wajar dengan pengecualian dapat berbentuk kuaulifikasi atau pengecualian atas ruang lingkup dan
pendapat audit maupun pengecualian atas pendapat saja. Suatu
pengecualian nruang lingkup dan pendapat audit dapat diterbitkan hanya apabila
auditor tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diisyaratkan oleh
standar auditing yang berlaku umum. Karena itu, jenis
pengecualian ini digunakan apabila ruang lingkup auditor dibatasi oleh klien atau apabila ada situasi yang menghalangi
auditor untuk melaksanakan audit secara lengkap. Penggunaan
kualifikasi atau pengecualian atas pendapat audit saja terbatas
pada situasi dimana laporan keuangan tidak disajikakan sesuai dengan
GAAP.
Apabila auditor menerbitkan pendapat wajar
dengan pengecualian, ia harus menggunakan istilah kecuali untuk (except for) dalam paragraf pendapat. Sebagai implikasinya auditor merasa puas
bahwa laporran keuangan secara keseluruhan telah disajikan dengan benar
“kecuali untuk” aspek tertentu dari laporan keuangan.Tidak dibenarkan unluk menggunakan frase kecuali untuk pada jenis-jenis pendapat audit
lainnya.
Pendapat tidak wajar (adverse opinion) digunakan banya apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keselurahan mengandung salah saji yang material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan atau hasil operasi dan arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Laporan pendapat
tidak wajar hanya dapat diterbitkan apabila auditor memiliki pengetahuan, setelah melakukan investigasi yang mendalam, bahwa tidak ada kesesuaian
dengan GAAP/PSAK. Hal ini jarang terjadi sehingga pendapat tidak wajar jarang sekali diterbitkan.
Menolak memberikan pendapat (disclaimer
opinion) diterbitkan apabila auditor tidak dapat
meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah
disajikan secara wajar. Kebutuhan untuk menolak memberikan pendapat akan timbul
apabila terdapat pembatasan ruang lingkup
audit atau terdapat hubungan yang ridak
independen menurut Kade Perilaku Profesional antara auditor dengan
kliennya. Kedua situasi ini menghalangi auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor
juga memiliki opsi untuk menolak memberikan pendapat pada masalah
kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
Penolakan memberikan pendapat berbeda dengan
pemberian pendapat tidak wajar dimana penolakan
pendapat hanya dapat terjadi apabila auditor karang memiliki pengetahuan atas penyajian laporan keuangan, sedangkannuntuk menyatakan pendapat tidak wajar, auditor harus memiliki
pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Penolakan
memberikan pendapat maupun pendapat tidak wajar hanya digunakan apabila kondisinya sangat material.
2.4. MATERIALITAS
Materialitas adalah suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis
laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu.
Sebagai contoh, jika salah saji relatif tidak
material terhadap laporan keuangan suatu entitas selama periode
berjalan, maka tepat untuk menerbitkan pendapat wajar
tanpa pengecualian. Contoh umumnya adalah membebankan segera perlengkapan kantor, bukannya membukukan sebagian yang belum digunakan ke dalam persediaan karena jumlahnya tidak signifikan.
Situasinya akan berubah
total bila jumlahnya begitu signifikan sehingga keseluruhan laporan akan dipengaruhi secara material. Dalam kondisi ini, auditor
perlu menolak memberikan pendapat atau
menerbitkan pendapat tidaak wajar, tergantung pada sifat salah saji
tersebut. Dalam situasi-situasi yang
tingkat materialitasnya lebih rendah akan lebih tepat jika
menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian.
A. Tingkat Materialitas
Definisi umum dari materialitas yang diterapkan
dalam bidang akuntansi dan selanjutnya berlaku dalam pelaporan audit adalah
sebagai berikut:
Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat
dianggap material jika pengetahuan akan salah saji tersebut akan
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan tersebut.
|
Dalam penerapan definisi ini, tiga tingkat materialitas digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan.
Jumlahnya tidak Material Apabila ada salah saji dalam laporan keungan tetapi cenderung
tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai tidak material. Karena itu, pendapat wajar tanpa pengecualian
layak diterbitkan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa manajemen mencatat asuransi dibayar di muka sebagai aktiva pada tahun sebelumnya dan memutuskan
untuk membebankannya dalam
tahun berjalan guna mengurangi biaya pemeliharaan catatan. Ini berarti manajemen
gagal mematuhi GMAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka salah
saji tersebut tidak material dan laporan audit wajar tanpa pengecualian standar tepat untuk diterbitkan.
Jumlahnya Material tetapi tidak Memperburuk Laporon Keuangan secara Keseluruhan Tingkat materialitas
yang kedua terjadi apabila salah saji dalam laporan keuangan
akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan itu, tetapi
laporan keuangan secara keseluruhan tetap
disajikan secara wajar dan karenanya masih berguna. Sebagai contoh, pengetahuan
akan salah saji yang besar dalam aktiva tetap mungkin mempengaruhi
keinginan pemakai untuk meminjam uang kepada perusahaan jika
aktiva itu adalah jaminannya. Salah saji dalam persediaan tidak berarti bahwa kas,piutang usaha, dan unsur-unsur laporan keuangan lainnya, secara keseluruhan
tidak benar secara material.
Untuk mengambil keputusan tentang tingkat materialitas apabila terdapat kondisi yang
memerlukan penyimpangan dari pendapat di pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor harus mengevaluasi semua pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Asumsikan bahwa auditor tidak dapat meyakinkan dirinya apakah persediaan telah disajikan secara wajar pada saat akan memutuskan jenis pendapat yang tepat. Karena salah saji persediaan mempengaruhi
akun-akun lainnya dan nilai total laporan keuangan, auditor perlu mempertimbangkan dampak gabungan materialitas itu terhadap
persediaan,total akiva lancar, total modal kerja, total aktiva, pajak penghasilan,
utang pajak penghasilan, total kewajiban lancar, harga pokok penjualan, laba
bersih sebelum pajak, dan laba bersih setelah pajak.
Apabila auditor
menyimpulkan bahwa salah saji material tetapi
tidak mem pengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan, maka pendapat yang tepat
adalah pendapat wajar dengan pengecualian (dengan menggunakan “kecuali untuk”).
Jumlahnya Sangat Material atau Pervasif Sehingga
Kewajaran Laporan Keuangan Secara Keseluruhan Diragukan Tingkat materialitas terjadi apabila pemakai mungkin akan membuat keputusan yang tidak benar
jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Kembali pada contoh
sebelumnya, jika persediaan merupakan saldo terbesar dalam laporan keuangan, maka salah saji yang besar mungkin
akan begitu material sehingga laporan auditor harus menunjukkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak dapat
dipandang sebagai telah
disajikan secara wajar. Apabila terwujud tingkat materialitas yang tertinggi, auditor harus menolak memberikan pendapat atau memberikan
pendapat tidak wajar,
tergantung pada kondisi yang ada.
Pada saat menentukan apakah suatu
pengecualian sangat material. Auditor harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh pengecualian tersebut terhadap bagian laporan keuangan yang berbeda. Ini disebut sebagai
penyebaran (perwasivennes). Misklasifikasi antara kas dan piutang usaha hanya mempengaruhi kedua akun tersebut dan karenanya tidak pervasif. Di pihak lain, kelalaian mencatat penjualan yang
material dikatakan sangat pervasif karena hal itu mempengaruhi penjualan, piutang usaha, beban pajak penghasilan, pajak penghasilan
akrual, serta laba ditahan,kewajiban
lancar,total kewajiban,ekuitas pemilik,marjin kotor,dan laba operasi.
Bila salah saji menjadi lebih pervasif,
kemungkinan untuk menerbitkan pendapat tidak wajar,
alih-alih pendapat wajar dengan pengecualian,
akan semakin tinggi. Sebagai contoh,
andaikan auditor memutuskan bahwa misklasifikasi antara kas dan piutang usaha akan menghasilkan pendapat wajar dengan pengecualian karena kesalahan tersebut
dianggap material; kegagalan untuk mencatat penjualan dalam jumlah uang yang sama dapat mengakibatkan diterbitkannya pendapat tidak wajar karena efek pervasif itu.
Tanpa memperhatikan jumlah yang terlibat, suatu
penolakan untuk memberikan pendapat harus dilakukan apabila auditor ditetapkan
tidak memiliki independensi menurut peraturan Kode
Perilaka Profesional. Persyaratan yang ketat ini mencerminkan pentingnya independensi bagi auditor. Setiap penyimpangan dari aturan independensi ini akan dianggap sangat material,
Tabel 1 mengikhtisarkan hubungan antara materialitas dan jenis pendapat yang akan diterbitkan.
B. Keputusan Materialitas
Dalam konsepnya, pengaruh
materialitas terhadap jenis pendapat yang diterbitkan bersifat langsung. Dalam aplikasinya, memutuskan materialitas aktual merupakan pertimbangan yang sulit dalam situasi tertentu. Tidak ada pedoman yang sederhana dan didefinisikan dengan jelas yang memungkinkan auditor memutuskan
kapan suatu hal dianggap tidak material, material, atau sangat material. Evaluasi terhadap materialitas juga
tergantung pada apakah situasinya melibatkan kegagalan untuk mengikuti GAAP atau pembatasan ruang lingkup audit.
Tabel 1
|
Hubungan Antara Materialitas dengan Jenis Pendapat
|
Tingkat Materialitas
|
Signifikansi bagi Keputusan Pemakai yang Layak
|
Jenis Pendapat
|
Tidak material
|
Keputusan pemakai cenderung tidak dipengaruhi
|
Wajar tanpa pengecualian
|
Material
|
Keputusan pemakai cenderung dipengaruhi hanya jika informasi yang
dipertanyakan penting untuk keputusan spesifik yang akan diambil. Laporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan dengan wajar.
|
Wajar dengan pengecualian
|
Sangat material
|
Sebagian besar atau seluruh keputusan pemakai yang didasarkan pada
laporan keuangan kemungkinan besar akan terpengaruhi.
|
Menolak memberikan pendapat atau pendapat tidak wajar
|
Catatan: ketiadaan independensi akan menyebabkan penolakan memberikan
pendapat tanpa memperhatikan materialitas.
Keputusan Materialitas - Kondisi Non GAAP Apabila klien gagal dalam mengikuti GAAP, maka laporan audit akan
berupa pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian,
atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas dari penyimpangan yang
terjadi. Beberapa aspek materialitas harus dipertimbangkan.
Jumlah Dolar dibandingkan dengan Dasar Tertentu Masalah dalam mengukur materialitas apbila klien gagal mematuhi GAAP
biasanya adalah total dolar salah saji pada akun-akun yang terlibat, yang
dibandingkan dengan beberapa dasar pengukuran. Salah saji sebesar $10.000
mungkin material bagi perusahaan kecil, tetapi tidak material bagi perusahaan
besar. Oleh karenanya salah saji harus dibandingkan dengan beberapa dasar
pengukuran sebelum keputusan dapat diambil tentang materialitas dari kelalaian
mematuhi GAAP. Dasar yang umum mencakup laba bersih, total aktiva, aktiva
lancar, dan modal kerja.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa auditor yakin bahwa persediaan telah
ditetapkan terlalu tinggi sebesar $100.000 akibat kelalaian klien mematuhi
GAAP. Asumsikan juga saldo persediaan tercatat sebesar $1 juta, aktiva lancar
sebesar $3 juta dan laba bersih sebelum pajak sebesar $2 juta. Dalam kasus ini,
auditor harus mengevaluasi materialitas dalam salah saji persediaan sebesar
10%, aktiva lancar sebesar 3,3%, dan laba bersih sebelum pajak sebesar 5%.
Untuk mengevaluasi materialitas secara keseluruhan, auditor juga harus
menggabungkan semua salah saji yang belum disesuaikan serta menilai apakah ada
sekumpulan salah saji yang tidak material yang jika digabungkan akan
mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan. Dalam contoh persediaan
tersebut, asumsikan bahwa auditor juga yakin adanya lebih saji piutang usaha
sebesar $150.000. jadi pengaruh total terhadap aktiva lancar sekarang adalah
8,3% ($250.000 dibagi dengan $3 juta) dan sebesar 12,5% pada laba bersih
sebelum pajak ($250.000 dibagi dengan $2 juta).
Ketika membandingkan salah saji yang potensial dengan suatu dasar
tertentu, auditor harus mempertimbangkan dengan cermat semua akun yang
dipengaruhi oleh salah saji tersebut (pervasiveness). Sebagai contoh, sangatlah
penting untuk tidak melupakan pengaruh kurang saji persediaan terhadap harga
pokok penjualan, laba sebelum pajak, beban pajak penghasilan,
serta utang Pajak penghasilan akrual.
Dapat Diukur jumlah dolar dari beberapa jenis salah saji
tidak dapat diukur secara akurat. Sebagai contoh, kengganan klien untuk
mengungkapkan suatu tuntutan hukum yang sedang berlangsung atau akuisisi
perusahaan baru yang dilakukan setelah tanggal neraca adalah sulit, bahkan
tidak mungkin, untuk diukur dalam satuan uang. Pertanyaan tentang matrealitas
yang harus dievaluasi auditor dalam situasi seperti ini adalah pengaruh
kegagalan mengungkapkan hal-hal tersebut terhadap para pemakai laporan.
Sifat Pos keputusan seorang pemakai laporan mungkin dipengaruhi juga oleh janis
salah saji. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para
pemakai laporan, dan dengan demikian juga, pendapat auditor, dalam cara yang
berbeda ketimbang pada kebanyakan salah saji.
1.
Transaksi yang ilegal atau
curang
2.
Suatu pos yang secara
material dapat mempengaruhi beberapa periode di masa depan walaupun salah saji
tersebut tidak material apabila hanya periode berjalan yang dipertimbangkan
3.
Suatu pos yang mempunyai
pengaruh”psikis” (sebagai contoh, pos yang mengubah kerugian yang kecil menjadi
laba yang kecil, mempertahankan tren laba yang meningkat, atau mengusahakan
laba melebihi harapan para analis).
4. Suatu pos mungkin penting dalam kaitannya dengan konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual (sebagai contoh, pengaruh kegagalan
mematuhi pembatasan utang dapat mengakibatkan penarikan pinjaman yang
material).
Keputusan Materialitas - Kondisi Pembatasan Ruang Lingkup Audit Apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit, laporan audit dapat
berupa pendapat wajar tanpa pengecualian, ruang lingkup dan pendapat wajar
dengan pengecualian, atau menolak memberikan pendapat, tergantung pada
materialitas pembatasan ruang lingkup audit tersebut. Auditor akan
mempertimbangkan tiga faktor yang sama seperti pada pembahsan sebelumnya
tentang keputusan materialitas untuk kegagalan mengikuti GAAP, tetapi akan
dipertimbangkan secara berbeda. Ukuran salah saji yang potensial, bukan salah
saji yang telah diketahui, menjadi penting dalam menentukan apakah pendapat
wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau menolak
memberikan pendapat yang tepat bagi pembatasan ruang lingkup audit. Sebagai
contoh, jika utang usaha sebesar $400 belum diaudit, auditor harus mengevaluasi
salah saji yang potensial dalam utang usaha tersebut serta memutuskan seberapa
material pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Penyebaran (fervasivennes) salah saji yang potensial
ini juga harus dipertimbangkan.
Biasanya jauh lebih sulit untuk mengevaluasi materialitas salah saji yang potensial akibat
pembatasan ruang lingkup audit ketimbang kegagalan mengikuti GAAP. Salah saji
yang diakibatkan oleh kegagalan mengikuti GAAP dapat diketahui. Sementara salah
saji yang diakibatkan oleh pembatasan ruang lingkup audit biasanya harus diukur
secara subjektif dalam pengertian salah saji yang potensial atau yang mungkin.
Sebagai contoh, utang usaha yang dicatat sebesar $400.000 mungkin kurang saji
sebesar lebih dari $1 juta, yang dapat mempengaruhi beberapa jumlah total,
termasuk marjin kotor, laba bersih, dan total aktiva.
2.5.
PEMBAHASAN
TENTANG KONDISI YANG MEMERLUKAN PENYIMPANGAN
A.
Ruang
Lingkup Auditor Dibatasi
Ada dua kategori utama pembatasan ruang
lingkup audit: pembatasan yang disebabkan oleh klien dan yang disebabkan oleh
kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien maupun auditor. Kedua jenis pembatasan ruang lingkup
tersebut memiliki pengaruh yang sama terhadap laporan audit, tetapi
interpretasi materialitasnya mungkin berbeda. Bila ada pembatasan ruang lingkup
audit, maka respons yang tepat adalah menerbitkan pendapat wajar tanpa
pengecualian, kualifikasi (pengecualian) ruang lingkup dan pendapat audit, atau
menolak memberikan pendapat, tergantung pada materialitasnya.
Untuk pembatasan yang disebabkan oleh
klien, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa manajemen berusaha
mencegah ditemukannya informasi yang salah saji. Dalam kasus seperti ini, standar
auditing menyarankan menolak memberikan pendapat bila materialitasnya
diragukan. Apabila pembatasan ruang lingkup audit disebebkan oleh
kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien, maka ruang lingkup dan
pendapat wajar dengan pengecualian mungkin akan diterbitkan.
Dua jenis pembatasan yang terkadang
diberlakukan oleh klien pada ruang lingkup auditor berkaitan dengan observasi
fisik persediaan serta konfirmasi atas piutang usaha, tetapi jenis pembatasan
lainnya juga dapat terjadi. Alasan bagi klien untuk memberlakukan pembatasan
ruang lingkup audit dapat berupa keinginan untuk menghemat fee audit dan, dalam
kasus informasi piutang usaha, untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik
antara klien dengan pelanggannya apabila jumlah yang dikonfirmasikan ternyata
berbeda.
Kasus yang paling umum terjadi, di mana
kondisi yang berada di luar kendali klien dan auditor menyebabkan pembatasan
ruang lingkup audit, adalah penugasan yang disepakati setelah tanggal neraca
klien. Konfirmasi atas piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, serta
prosedur penting lainnya mungkin tidak mungkin dilaksanakan dalam situasi
tersebut. Apabila auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang menurutnya
harus dilakukan tetapi dapat dipenuhi dengan prosedur alternatif bahwa
informasi yang diuji telah disajikan secara wajar, maka pendapat wajar tanpa
pengecualian dapat diterbitkan. Jika prosedur alternatif tersebut tidak dapat
dilaksanakan, maka ruang lingkup dan pendapat wajar dengan pengecualian atau
menolak memberikan pendapat perlu diterbitkan, tergantung pada materialitasnya.
Pembatasan pada ruang lingkup
pemeriksaan auditor memerlukan paragraf pengecualian yang mendahului pendapat
untuk menjelaskan pembatasnya. Dalam kasus menolak memberikan pendapat, seluruh
paragraf ruang lingkup dikeluarkan dari laporan.
Sebagai contoh, laporan pada Gambar 6
adalah laporan yang tepat untuk suatu audit dimana jumlahnya material tetapi pervasif, dan auditor tidak dapat
memperoleh laporan keuangan yang telah diaudit untuk mendukung investasi dalam
afiliasi asing serta tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan prosedur
alternatif.
Apabila
jumlahnya sangat material sehingga yang harus diterbitkan adalah menolak
pemberian pendapat, bukannya pendapat wajar dengan pengecualian, auditor hanya
perlu menggunakan tiga paragraf. Paragraf pertama (paragraf pendahuluan)
dimodifikasi sedikit dengan kalimat “Kami telah ditugaskan untuk mengaudit ...”
Paragraf kedua sama dengan paragraf ketiga dalam Gambar 6. Paragraf ruang
lingkup ditiadakan dan paragraf terakhir (paragraf pendapat) diubah menjadi
menolak memberikan pendapat. Alasan dihapusnya paragraf ruang lingkup adalah
untuk menghindari menyatakan sesuatu yang dapat membuat para pembaca yakin
bahwa bagian lain dari laporan keuangan tersebut telat diaudit, sehingga
mungkin telah disajikan secara wajar. Gambar 7 menyajikan laporan audit yang
mengasumsikan auditor telah menyimpulkan bahwa fakta-fakta yang ada dalam
Gambar 6 memerlukan penolakan memberikan pendapat, bukannya pendapat wajar
dengan pengecualian.
B.
Laporan
tidak sesuai dengan GAAP
Apabila
auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan karena tidak
disiapkan sesuai dengan GAAP, dan klien tidak mampu atau tidak bersedia
mengoreksi salah saji itu, ia harus menerbitkan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas pos yang
dipertanyakan.
GAMBAR 6
|
Laporan Ruang Lingkup dan Pendapat Wajar dengan Pengecualian Akibat
Pembatasan Ruang Lingkup
|
||
LAPORAN
AUDITOR INDEPENDEN
(Paragraf pendahuluan sama dengan laporan audit
standar)
Kecuali seperti dibahas dalam paragraf berikut ini,
kami melaksanakan audit ... (sisa kalimatnya sama dengan kalimat pada
paragraf ruang lingkup dalam laporan audit standar)
Kami tidak dapat memperoleh laporan keuangan yang
telah diudit untuk mendukung investasi. Perusahaan dalam afiliasi asing
sebesar $475.000, atau ekuitasnya atas laba afiliasi tersebut sebesar
$365.000 yang tercakup dalam laba bersih, seperti yang diuraikan pada Catatan
X atas laporan keuangan. Karena sifat catatan Perusahaan, kami tidak dapat
memperoleh keyakinan atas nilai tercatat atau nilai buku investasi tersebut
atau ekuitas atas labanya dengan prosedur auditing lainnya.
|
GAMBAR 7
|
Menolak Memberikan Pendapat karena Pembatasan Ruang Lingkup
|
|
Kami telah ditugaskan untuk mengaudit ... (sisa
kalimat sama seperti dalam paragraf pendahuluan pada laporan audit standar)
(Menggunakan kata-kata yang sama dengan yang
digunakan dalam paragraf ketiga pada Gambar 6)
Karena kami tidak dapat memperoleh laporan keuangan
yang telah diaudit untuk mendukung investasi Perusahaan dalam afiliasi asing
dan kami tidak dapat memperoleh keyakinan tentang nilai tercatat atau nilai
buku investasi tersebut atau ekuitas atas labanya dengan prosedur auditing
lainnya, ruang lingkup audit kami tidak mencukupi guna memungkinkan kami
menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan ini.
|
Pendapat
itu harus dengan jelas menyatakan sifat penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum serta jumlah salah saji tersebut, jika diketahui. Gambar 8
memperlihatkan suatu contoh pendapat wajar dengan pengecualian bila klien tidak
mengkapitalisasi lease seperti yang disyartkan oleh GAAP.
Apabila jumlahnya sangat material atau
pervasif sehingga diperlukan pendapat tidak wajar, maka ruang lingkup paragraf
pendapat wajar tanpa pengecualian dan dengan pengecualian masih tetap sama,
tetapi paragraf pendapat mungkin menjadi seperti yang disajikan pada Gambar 9.
Apabila klien gagal memasukkan informasi
yang diperlukan untuk menyajikan secara wajar laporan keuangan di dalam laporan
tersebut atau dalam catatan kaki terkait, maka merupakan tanggung jawab auditor
untuk menyajikan informasi tersebut dalam laporan audit dan menerbitkan
pendapat wajar dengan pengecualian.
GAMBAR 8
|
Laporan
Pendapat Wajar dengan Pengecualian Karena Tidak Mematuhi GAAP
|
||
LAPORAN
AUDITOR INDEPENDEN
(Paragraf pendahuluan dan paragraf ruang lingkup
sama dengan laporan audit standar)
Perusahaan tidak memasukkan kewajiban lease tertentu
pada properti dan utang dalam neraca terlampir yang, menurut pendapat kami,
harus dikapitalisasi agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di A.S. Jika kewajiban lease tersebut dikapitalisasi, properti akan bertambah
sebesar $400.000 pada tanggal 31 Desember 2007, dan laba bersih serta laba
per saham masing-masing bertambah sebesar $400.000 dan $1,75, untuk tahun
yang terakhir pada tanggal tersebut.
|
GAMBAR 9
|
Pendapat Tidak Wajar Akibat Tidak Mematuhi GAAP
|
|
LAPORAN
AUDITOR INDEPENDEN
(Paragraf pendahuluan dan paragraf ruang lingkup
sama dengan laporan audit standar)
(Sama dengan paragraf ketiga pada Gambar 3-9)
Menurut pendapat kami, karena dampak dari masalah
yang dibahas dalam pargaraf sebelumnya, laporan keuangan yang kami sebut di
atas tidak menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, posisi keuangan Ajax Company per 31 Desember 2007, atau hasil
operasi dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
|
atau
pendapat tidak wajar. Jadi sudah umum untuk menuliskan jenis kualifikasi atau
pengecualian ini dalam paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat (paragraf
ruang lingkup tetap sama seperti dalam laporan wajar tanpa pengecualian), dan
merujuk ke paragraf tambahan dalam paragraf pendapat. Gambar 10 menyajikan
sebuah contoh laporan audit di mana auditor menganggap pengungkapan laporan
keuangan tidak memadai.
Laporan Peraturan 203 Menentukan
apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP dapat menjadi tugas
yang sulit. Peraturan 203 dalam Kode
Perilaku Profesional memperkenankan penyimpangan dari prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum apabila auditor yakin bahwa ketaatan pada prinsip
tersebut akan menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan.
Apabila auditor memutuskan bahwa
ketaatan pada GAAP dapat menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan, harus
ada penjelasan yang lengkap dalam paragraf ketiga. Paragraf ini harus
menjelaskan secara lengkap penyimpangan yang terjadi serta mengapa GAAP dapat
menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan. Kemudian paragraf pendapat
harus berisi pendapat wajar tanpa pengecualian kecuali untuk hal-hal yang dibahas
dalam paragraf ketiga. Sebagaimana telah
dibahas sebelumnya dalam bab ini, laporan audit seperti ini disebut sebagai
laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan.
Tidak adanya
Laporan Arus Kas Keengganan klien untuk memasukkan
laporan arus kas dibahas secara lebih khusus dengan SAS 58 (AU 508). Apabila
laporan arus kas ditiadakan, harus dibuat paragraf ketiga yang menyatakan
peniadaan laporan itu dan kualisifikasi pendapat “kecuali untuk”.
GAMBAR 10
|
Pendapat Wajar dengan Pengecualian Karena Pengungkapan yang Tidak
Memadai
|
|
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
(Paragraf pendahuluan dan paragraf ruang lingkup
sama dengan laporan audit standar)
Menurut pendapat kami, kecuali untuk pengabaian
informasi yang diuraikan dalam paragraf sebelumnya, laporan keuangan yang
kami sebut di atas menyajikan secara wajar ... (sisa kalimat sama seperti
pendapat dalam laporan audit standar)
|
C.
Auditor
Tidak Independen
Jika auditor tidak dapat memenuhi
persyaratan independensi yang dinyatakan dalam Kode Perilaku Profesional, maka penolakan memberikan pendapat harus
dilakukan walaupun semua prosedur audit yang dianggap perlu dalam situasi
tersebut telah dilaksanakan. Kata-kata dalam Gambar 11 direkomendasikan apabila
auditor tidak independen.
GAMBAR 11
|
Penolakan Memberikan Pendapat Akibat Tidak Adanya Independensi
|
Kami tidak independen berkenaan dengan Home
Decors.com, inc., dan neraca terlampir per 31 Desember 2007, serta laporan
laba rugi, laba ditahan, serta arus kas terlampir untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut tidak kami audit. Oleh karena itu, kami tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.
|
Catatan: Apabila
auditor tidak memiliki independensi, maka laporan audit tidak diberi judul.
Tidak
adanya independensi akan mengesampingkan semua pembatasan ruang lingkup audit
lainnya. Karena itu, tidak ada alasan lain untuk menolak memberikan pendapat
yang harus disinggung lagi. Tidak boleh ada perkataan tentang pelaksanaan
prosedur audit apa pun dalam laporan. Akibatnya, laporan audit ini merupakan
laporan audit satu paragraf.
2.6.
PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK LAPORAN AUDIT
Para
auditor menggunakan suatu proses yang tersusun dengan baik dalam memutuskan
laporan audit yang tepat pada serangkaian situasi tertentu. Pertama auditor
harus menilai apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan
wajar tanpa pengecualian standar. Jika ada kondisi tersebut, auditor kemudian
harus menilai materialitas kondisi tersebut dan menentukan jenis laporan audit
yang tepat.
Menentukan Apakah Ada
Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan dari Laporan Wajar Tanpa Pengecualian
Standar Hal yang paling penting dari
kondisi-kondisi tersebut diidentifikasi dalam Tabel 2. Para auditor
mengidentifikasi kondisi-kondisi tersebut ketika mereka melaksanakan audit dan
mencantumkan informasi tentang kondisi itu dalam file audit sebagai bahan
diskusi guna pelaporan audit. Jika kondisi-kondisi tersebut tidak ada, yang
terjadi pada sebagian besar penugasan audit, auditor akan menerbitkan laporan
audit wajar tanpa pengecualian standar.
Memutuskan Materialitas
untuk Setiap Kondisi Apabila ada kondisi yan
memerlukan penyimpangan dari pendapatan wajar tanpa pengecualian standar,
auditor mengevaluasi pengaruh potensialnya terhadap laporan keuangan. Untuk
penyimpangan dari GAAP atau pembatasan ruang lingkup audit, auditor harus
memutuskan antara tidak material, material, atau sangat material. Semua kondisi
lainnya, kecuali tidak adanya independensi auditor, hanya diperlukan pembedaan
antara tidak material atau material. Memutuskan materialitas merupakan hal yang
sulit, yang membutuhkan pertimbangan yang matang. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa ada pembatasan ruang lingkup audit dalam mengaudit persediaan. Jadi,
sulit untuk menilai salah saji yang potensial dari suatu akun yang tidak
diaudit oleh auditor.
Memutuskan Jenis
Laporan Audit yang Tepat untuk Kondisi Tertentu Berdasarkan Tingkat
Materialitas Setelah membuat dua keputusan pertama,
maka mudah untuk memutuskan jenis pendapat yang tepat dengan menggunakan alat
bantu pembuat keputusan. Contoh dari alat bantu seperti itu adalah Tabel 2.
Sebagai contoh, asumsikan auditor menyimpulkan bahwa ada penyimpangan dari GAAP
yang bersifat material, tetapi tidak sangat material. Tabel 2 menunjukkan bahwa
jenis laporan audit yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian yang
disertai dengan paragraf tambahan yang membahas penyimpangan tersebut. Paragraf
pendahuluan dan paragraf ruang lingkup akan dimasukkan dengan menggunakan
kata-kata standar.
Menuliskan Laporan
Audit Sebagian besar kantor akuntan publik
memiliki template komputer yang berisi kata-kata yang tepat untuk situasi yang
berbeda guna membantu auditor menuliskan laporan audit. Selain itu, satu atau
lebih partner dalam sebagian besar kantor akuntan publik juga memiliki keahlian
khsusus dalam menulis laporan audit. Para partner ini umumnya menulis atau
mereview seluruh laporan audit sebelum laporan-laporan itu diterbitkan.
TABEL 2
|
Laporan Audit
untuk Setiap Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan dari Laporan Wajar Tanpa
Pengecualian Standar pada Tingkat Materialitas yang Berbeda
|
|
Tingkat Materialitas
|
||
Kondisi yang Memerlukan Laporan Wajar Tanpa
Pengecualian dengan Modifikasi Kata-kata atau Paragraf Penjelasan
|
Tidak Material
|
Material
|
Prinsip-prinsip akuntansi tidak diterapkan secara
konsisten*
|
Wajar tanpa
pengecualian
|
Laporan wajar tanpa pengecualian, paragraf penjelasan
|
Keraguan yang substansial tentang kelangsungan hidup
perusahaan
|
Wajar tanpa
pengecualian
|
Laporan wajar tanpa pengecualian, paragraf
penjelasan
|
Penyimpangan yang dibenarkan dari GAAP atau
prinsip-prinsip akuntansi lainnya
|
Wajar tanpa
pengecualian
|
Laporan wajar tanpa pengecualian, paragraf
penjelasan
|
Penekanan pada masalah
|
Wajar tanpa
pengecualian
|
Laporan wajar tanpa pengecualian, paragraf
penjelasan
|
Penggunaan auditor lain
|
Wajar tanpa
pengecualian
|
Laporan wajar tanpa pengecualian, paragraf penjelasan
|
Kondisi yang Memerlukan
Penyimpangan dari Laporan Wajar Tanpa Pengecualian
|
Tingkat Materialitas
|
||
Tidak Material
|
Material, tetapi Tidak
Mempengaruhi Laporan Keuangan secara Keseluruhan
|
Sangat Material Sehingga
Kewajaran secara Keseluruhan Diragukan
|
|
Ruang lingkup dibatasi oleh klien atau kondisi lain
|
Wajar tanpa pengecualian
|
Pengecualian ruang lingkup, paragraf tambahan , dan pendapat wajar
dengan pengecualian (kecuali untuk)
|
Menolak memberikan pendapat
|
Laporan keuangan tidak disajikan sesuai GAAP
|
Wajar tanpa pengecualian
|
Paragraf tambahan dan pendapat wajar dengan pengecualian (kecuali
untuk)
|
Tidak wajar
|
Auditor tidak independen
|
Menolak memberikan pendapat, tanpa melihat materialitas
|
*Jika auditor tidak sejalan dengan apropriasi perubahan,
kondisinya dianggap melanggar GAAP.
-Auditor memiliki opsi untuk menerbitkan penolakan
memberikan pendapat.
-Jika auditor dapat memperlihatkan bahwa GAAP akan
menyesatkan, laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan layak
diterbitkan.
A.
Ada
Lebih dari Satu Kondisi yang Membutuhkan Penyimpangan atau Modifikasi
Auditor sering kali menghadapi situasi
yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang membutuhkan penyimpangan dari
laporan wajar tanpa pengecualian atau modifikasi dari laporan wajar tanpa
pengecualian standar. Dalam situasi ini, auditor harus memodifikasi pendapatnya
pada setiap kondisi tersebut kecuali ada satu kondisi yang dapat menetralisir
pengaruh kondisi lainnya. Sebagai contoh, jika ada pembatasan ruang lingkup
audit dan situasi yang membuat auditor tidak independen, maka pembatasan ruang
lingkup audit tersebut tidak perlu diungkapkan. Situasi-situasi berikut
merupakan contoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi dalam laporan:
1. Auditor
tidak independen serta mengetahui bahwa perusahaan tidak mengikuti
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Terdapat
pembatasan ruang lingkup audit dan ada keraguan yang substansial tentang
kemampuan perusahaan untuk terus bertahan (giong
concern)
3. Terdapat
keraguan yang substansial tentang kemampuan perusahaan untuk terus bertahan (going concern), dan informasi mengenai
penyebab ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara memadai pada catatan kaki.
4. Terdapat
deviasi (penyimpangan) terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan dan
prinsip akuntansi lainnya telah diterapkan atas dasar yang tidak konsisten
dengan tahun sebelumnya.
B.
Jumlah
Paragraf dalam Laporan
Banyak pembaca laporan
menginterpretasikan jumlah paragraf dalam laporan audit sebagai “tanda” yang
penting tentang apakah laporan keuangan telah benar. Laporan audit tiga
paragraf umumnya mengidentifikasi bahwa tidak ada pengecualian apa pun dalam
audit. Akan tetapi, laporan audit tiga paragraf juga diterbitkan apabila
penolakan memberikan pendapat diterbitkan akibat pembatasan ruang lingkup
audit, atau dikeluarkan laporan wajar tanpa pengecualian yang melibatkan
auditor lain. Lebih dari tiga paragraf mengidentifikasikan beberapa jenis
kualifikasi atau memerlukan penjelasan.
Suatu paragraf tambahan dicantumkan
sebelum paragraf pendapat untuk pendapat audit wajar dengan pengecualian ,
pendapat tidak wajar, dan menolak memberikan pendapat karena pembatasan ruang
lingkup audit. Ini menghasilkan suatu laporan audit empat paragraf, kecuali
penolakan memberikan pendapat karena pembatasan ruang lingkup audit. Penolakan
memberikan pendapat karena pembatasan ruang lingkup audit akan mengasilkan
laporan audit tiga paragraf karena paragraf ruang lingkup telah ditiadakan.
Penolakan memberikan pendapat karena tidak adanya independensi adalah laporan
audit satu paragraf.
Apabila pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan diterbitkan, paragraf penjelasan itu
umumnya dicantumkan setelah paragraf pendapat. Paragraf penjelasan tidak
diperlukan untuk laporan wajar tanpa pengecualian yang melibatkan auditor lain,
tetapi kata-kata dalam ketiga paragraf itu telah dimodifikasi.
Tabel 3 mengikhtisarkan jenis-jenis
laporan yang diterbitkan untuk audit atas laporan keuangan, jumlah paragraf
pada setiap jenis laporan, modifikasi kata-kata standar dalam paragraf, dan
letak paragraf tambahan. Tabel ini tidak mencantumkan penolakan memberikan
pendapat akibat tidak adanya independensi, yang merupakan laporan satu paragraf
khusus.
TABEL 3
|
Jumlah Paragraf, Modifikasi Kata-kata Standar dalam Paragraf, dan
Lokasi Paragraf Tambahan untuk Laporan Audit
|
||
Jenis Laporan
|
Jumlah Paragraf
|
Kata-kata Standar Paragraf yang Dimodifikasi
|
Lokasi Paragraf Tambahan
|
Standar tanpa pengecualian
|
3
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan
|
4
|
Tidak ada
|
Sesudah pendapat
|
Laporan wajar tanpa pengecualian bersama auditor
lain
|
3
|
Ketiga Paragraf
|
Tidak ada
|
Wajar dengan pengecualian-hanya pendapat
|
4
|
Hanya pendapat
|
Sebelum pendapat
|
Wajar dengan pengecualian-ruang lingkup dan pendapat
|
4
|
Ruang Lingkup dan pendapat
|
Sebelum pendapat
|
Menolak memberikan pendapat-pembatasan ruang Lingkup
|
3
|
Paragraf pendahuluan dan pendapat dimodifikasi; paragraf ruang lingkup
dihilangkan
|
Sebelum pendapat
|
Pendapat tidak wajar
|
4
|
Hanya pendapat
|
Sebelum pendapat
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Laporan audit standar tanpa pengecualian berisi tujuh
bagian yang berbeda
1.
Judul laporan
2.
Alamat laporan
audit
3. Peragraf pendahuluan
4. Paragraf ruang lingkup
5.
Paragraf
pendapat
6. Nama KAP
7. Tanggal laporan audit
B.
Laporan audit
standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi :
1.
Semua laporan-neraca,
laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas-sudah termasuk
dalam laporan keuangan.
2.
Ketiga standar
umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan.
3.
Bukti audit yang
cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan penugasan audit
ini dengan cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar
pekerjaan lapangan telah dipenuhi.
4.
Laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal
itu juga berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam catatan
kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
5.
Tidak terdapat
situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
C.
Lima situasi ketika laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata
1.
Tidak adanya
aplikasi yang konsisten dari GAAP
2.
Keraguan yang
besar tentang Going Concern
3.
Auditor menyetujui
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
4.
Penekanan pada suatu
masalah
5.
Laporan yang melibatkan
auditor lain
D.
Materialitas
Materialitas adalah suatu
pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu.
Sebagai contoh, jika salah saji relatif tidak material terhadap laporan
keuangan suatu entitas selama periode berjalan, maka tepat untuk menerbitkan
pendapat wajar tanpa pengecualian. Contoh umumnya adalah membebankan segera
perlengkapan kantor, bukannya membukukan sebagian yang belum digunakan ke dalam
persediaan karena jumlahnya tidak signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A,
dkk. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Jilid
1. Penerbit Erlangga Jakarta